Selasa, 03 Februari 2015

       Piet Onthel (Sepeda Onthel) bukanlah barang asing sebelum sepeda motor membanjiri Yogya seperti sekarang ini, piet onthel lebih dulu dikenal. Bahkan jaman dulu sepeda ini lebih dulu dikenal. Bahkan sepeda ini merupakan simbol status berbagai macam dari merek piet onthel memberikan pesona tersendiri bagi pemiliknya.
Meski ada mobil, tetapi piet onthel tidak ditinggalkan. Malahan hanya orang-orang tertentu yang memiliki sepeda ini karena harganya tidak murah dan hanya orang yang berstatus sosial menengah ke atas yang bisa memiliki sepeda ini. Namun pada saat sekarang sepeda ini tidak lagi merajai namun merupakan jenis kendaraan pribadi yang sifatnya marginal. Dikatakan marjinal karena tidak ada tempat khusus untuk dilewati. Melihat realitas demikian maka di Yogyakarta sekarang lebih mudah menjumpai sepeda motor ketimbang piet onthel.

Kondisi ini bukan berarti sepeda onthel akan hilang dan tidak lagi dikenal namun masih ada masyarakat yang menggunakannya dan bahkan cenderung sebagai life style, bentuk sepedanya sudah modern, serta harganya juga tidak murah.
Untuk mengingatkan, bahwa Yogya pernah menjadi ‘rumah piet onthel’, maka aktivitas-aktiitas yang dijalankan oleh komunitas ini adalah sebagian besar mengenalkan sepeda ini kepada masyarakat luas tentang seluk beluk sepeda ini masih tetap dipertahankan nilainya.
Aktivitas-aktivitas yang dijalankan sebagai berikut :
  Pameran piet onthel, yang diberi tajuk ‘Indishe Fietsen’ diselenggarakan di Bentara Budaya Yogyakarta 22-30 Juni 2010. Rupa-rupa piet onthel tua bisa dilihat. Paling tua, piet onthel tahun 1920-an.
Dari pameran piet onthel ini, setidaknya orang bisa membayangkan Yogya pada masa lalu atau bisa sebut saja Yogya tahun 1920-an. Untuk memahami Yogya sekarang, tidak bisa melepaskan dari Yogya masa lalu. Namun bukan berarti dengan pameran ini diajak kembali kemasa lalu, atau setidaknya kembali menggunakan sepeda onthel. Namun di Yogya sepeda sama sekali tidak hilang hanya saja, jenis kendaraan manual ini tidak lagi vital karena telah digantikan oleh sepeda motor.
Pada tahun 1990 sampai 2000 sarana ini masih terasa sekali digunakan oleh masyarakat untuk transportasi ke sekolah, bekerja maupun melakukan aktivitas-aktivitas lainnya dalam kota yogyakarta.
Hal ini terlihat dari :
- Masyarakat dari wates mau masuk ke yogya untuk bersekolah atau bekerja menitipkan sepedanya di tempat penitipan di sekitar wirobrajan atau ada yang langsung mengayuh sepedanya masuk kota yogya untuk melakukan aktivitas-aktivitasnya.
- Begitu pula bagi masyarakat lainnya yang tinggal di luar kota yogya seperti di kabupaten Bantul, Gunung Kidul, Kulonprogo dan Sleman maupun yang tinggal di sekitar kota yogya.
Namun hari ini dan detik ini semua yang dirasakan sangat indah dipandang mata semakin dihiasi oleh cetusan-cetusan globalisasi yang berdampak pada polusi dan kemacetan, maka untuk menginingatkan kembali masa jayanya sepeda onthel banyak sekali masyakarat yang mendirikan komunitas-komunitas onthel se-yogyakarta maupun di seluruh indonesia untuk mengoleksi kembali sepeda onthel sebagai suatu sarana transportasi dalam suatu program yang nyaman dan tidak makan biaya dan menimbulkan kemacetan. Terlebih-lebih komunitas yang ada di yogyakarta ini sangat mendukung program : “Sepeda Kanggo Sekolah lan Nyambut Gawe’ (Sego Segawe) artinya Bapak ibu guru bersepeda, siswa-siswa bersepeda, yang ngantor juga bersepeda. Program ini didukung oleh komunitas-komunitas sepeda onthel yang ada di yogyakarta seperti :
- Komunitas Pesepeda - Podjok (Paguyuban)
Komunitas ini biasanya berkumpul di Trotoar utara Kantor Pos Besar Yogyakarta. komunitas ini terdiri dari kelompok penggemar sepeda klasik-antik Paguyuban Onthel Djokdjakarta (Podjok) pada setiap hari Sabtu malam, pk 19.00 - 22.00. Selain agenda kumpul setiap malam minggu di sini, sebulan sekali mereka mengagendakan bersepeda keliling kota atau keluar kota bersama, yang mereka sebut "Mubeng Negara" (mengelilingi negara). Podjok didirikan pada hari Minggu Kliwon, 19 November 2006. Pendiriannya ditandai dengan pembacaan deklarasi dalam tiga bahasa; bahasa Indonesia, Inggris, dan Jawa, di depan Pagelaran Kraton Yogyakarta. Kebanyakan anggotanya saat ini adalah penggemar sepeda onthel senior. Namun, penggerak komunitas ini tetap generasi yang lebih muda. Komunitas ini punya moto "Onthel Iku Migunani Kagem Sedaya" (Sepeda Onthel - kayuh - itu bermanfaat bagi semua). Selain komunitas pesepeda – Podjok (Paguyuban) ada juga komunitas-komunitas sepeda onthel lainnya yang ada di Yogyakarta seperti :
1. Komunitas Sepeda RS Happy Land Jogjakarta.
2. Komunitas Pesepeda - Bike to Work Novotel Yogyakarta
Hotel ini adalah salah satu kantung pendukung gerakan Bike to Work di kota Yogyakarta. Komunitas sepeda ini sendiri beranggotakan para staf/karyawan Hotel Novotel Yogyakarta. Semangat bersepeda mereka telah disambut baik oleh manajemen hotel, dengan disediakannya rak parkir sepeda di tempat parkir hotel di bawah tanah. Tamu hotel juga bisa menggunakannya tempat parkir itu. Tersedia sepeda yang bisa digunakan oleh tamu hotel.
3. Jogja Onthel Community (Jogja)
4. Paguyuban Onthel Jogjakarta (Jogja)
5. Komunitas Onthel Jogja.3gp
6. Komunitas sepeda UGM
7. Komunitas Pesepeda - Osasa (Obahe Sikil Agawe Senenge Ati)
Jumlah Anggota: l.k. 27 orang, Kegiatan: Setiap hari Minggu pagi - bersepeda ke Pakem, Sleman atau Imogiri, Bantul.
Selain komunitas sepeda ini masih banyak lagi komunitas-komunitas sepeda lainnya yang sangat mendambakan akan penggunaan sepeda ini kembali, semuanya itu hanya melihat pada latar belakang perkembangan sepeda onthel yang sekarang ini bukan lagi sebagai sarana transportasi masyarakat pada umumnya.
Manfaat dari didirikan Komunitas tersebut :
- Konsensusnya dilihat dari segi biaya, sepeda tak memerlukan pengeluaran untuk membeli bensin sebagaimana sepeda motor. Cukup dikayuh saja, sepeda sudah bisa mengantarkan sampai ke tempat tujuan disamping maraknya penggunaan kendaraan bermesin. Sepeda bukan berarti hilang dari peredaran, namun sarana ini semakin hari semakin menurun tingkat pemakaiannya.
- Selain hemat biaya sepeda juga lebih irit dan sekaligus berolahraga. Itu artinya ikut menyehatkan dan menyegarkan tubuh kita.
- Disamping itu dengan bersepeda tidak mengeluarkan polusi udara. Manfaat inilah yang dicari, mengingat polusi dari asap knalpot selama ini bisa dibilang cukup ‘menggila’. hal ini akan berimbas bagi kesehatan.
Sebenarnya program membudayakan bersepeda di kota gudeg ini sudah ada jauh-jauh hari dimana kawasan malioboro pun pernah akan dijadikan kawasan khusus sepeda, tapi sampai saat ini tidak sempat terealisir bahkan jalur khusus sepeda sudah dibuat di ruas-ruas jalan.




Visi dan Tujuan dari komunitas ini adalah sebagai berikut:
1. Melestarikan dan merawat sepeda tua sehingga masih layak untuk dipergunakan.
2. Membantu Program pemerintah untuk mengurangi polusi udara dengan cara bersepeda.
3. Memasyarakatkan gerakan bersepeda sebagai kegiatan yang sehat dan menyenangkan.
4. Meningkatkan kecintaan akan alam dan kepekaan sosial dengan bersepeda.
5. Memperkenalkan objek wisata Yogya dengan melakukan wisata bersepeda.
6. Memiliki solidaritas yang tinggi terhadap sesama anggota.
7. Menciptakan ketertiban berlalu-lintas terhadap sesama pengguna jalan umum.
8. Mengenang nostalgia masa lalu di kota Yogya dengan mengendarai sepeda tua.
9. Menjalin komunikasi dan interaksi antar anggota atau dengan komunitas sepeda yang lain.
Sehingga dengan melihat pada Visi dan tujuan dari komunitas sepeda tersebut diatas merupakan salah satu keinginan untuk mengembalikan kota Yogya sebagai “ Kota Sepeda” di Indonesia. Selain itu untuk mempersatukan pemuda–pemudi di mana pun berada tanpa melihat status atau kesenjangan sosial, batasan umur, profesi, agama, suku dan ras untuk menjadikan bagian dari sebuah keluarga besar dan memiliki tingkat solidaritas yang tinggi terhadap lingkungan sekitar.
Inti terbentuknya Komunitas ini adalah :
Untuk melakukan hal-hal yang positif dalam berbagai bidang seperti dalam bidang sosial, budaya, olah raga, maupun kepemudaan, serta menjaga silahturahmi dan mempererat persatuan dan kesatuan anak-anak muda bangsa Indonesia yang memiliki nasioanalisme tinggi.
Dasar Kegiatannya adalah :
Narkoba adalah musuh masyarakat yang paling mematikan khususnya di kalangan anak-anak muda di seluruh Indonesia, sehingga ini menjadi salah satu PR buat pemerintah dan aparat penegak hukum untuk memberantasnya, karena sudah banyak sekali efek negative dari anak-anak muda yang menggunakan dan terlibat dengan obat-obatan terlarang mulai dari prestasi yang menurun, broken home, kriminalitas sampai dengan kematian bagi para penggunanya. Yang lebih mengerikannya lagi belakangan ini bahaya Narkoba tersebut sudah menjamah kalangan anak-anak kecil hingga anak-anak remaja di Negara ini. Sehingga sudah dapat di pastikan jika tidak sesegera mungkin di tanggulangi maka masa depan Bangsa ini akan menjadi Bangsa yang kehilangan harapannya.

Kegiatan ini dijalankan oleh komunitas sepeda onthel sebagai salah satu olah raga bersepeda untuk kesehatan maupun bagi kesegaran dan kebugaran tubuh dalam pembentukan tulang dan menghindari gangguan osteoporosis (Pengeroposan tulang), olah raga bersepeda juga belakangan ini bukanlah menjadi hal yang ortodoks / kuno lagi melainkan sudah menjadi kegemaran dan gaya hidup dikalangan anak-anak, muda maupun orang tua dengan banyaknya komunitas-komunitas pecinta sepeda yang bermunculan selain sepeda onthel ada juga komunitas seperti komunitas sepeda Fixied Gear Bike (Fixie), komunitas sepeda Low Rider, komunitas sepeda Mountain Bike (MTB), komunitas sepeda Road Bike.
Maksud dan Tujuan Kegiatan :
 Memberikan sarana kegiatan yang positive untuk masyarakat yogyakarta khususnya anak-anak muda maupun orang tua untuk kembali bersepeda.
 Memberikan ruang ekspresi bagi pecinta bersepeda dan komunitas-komunitas sepeda yang ada di Yogyakarta.
 Mengingatkan kembali kepada masyarakat bahwa sepeda onthel ini merupakan salah satu sarana yang digunakan sebagai alat transportasi umum (salah satunya adalah bersepeda).
 Meningkatkan daya cinta terhadap lingkungan.
 Menambah persahabatan dan tali silaturahmi diantara para komunitas sepeda onthel dengan masyarakat untuk kembali bersepeda agar menghindari kemacetan dan polusi.
Dengan kondisi ini para komunitas mengingatkan pada pengalaman dulu dan optimis program Sego Segawe dadi tenanan. Maka, sebagai kawula Yogya, kita perlu mendukung program itu. Dibutuhkan komitmen terlebih dahulu agar program itu berjalan lancar. Saatnya kita menggunakan sepeda saat sekolah dan nyambut gawe. Bapak ibu guru bersepeda, siswa-siswa bersepeda, yang ngantor juga bersepeda. Sosialisasi secara merata sampai sudut-sudut kampung setidaknya perlu dilakukan agar semua pihak mengetahui program itu. Sosialisasi di sekolah-sekolah dan juga di kantor-kantor ataupun tempat kerja lainnya.
Lebih dari itu, sebelum mengimbau masyarakat secara luas, pihak pemerintah kota dan instansi di bawahnya perlu terlebih dahulu memberi keteladanan dengan bersepeda ketika nyambut gawe. Ini penting agar masyarakat tidak grenengan.Di sekolah, kepala sekolah dan para guru bisa memulai terlebih dahulu sebelum akhirnya diikuti siswanya. Program Sego Segawe mungkin tak bisa dilakukan serentak, tapi berproses atau perlahan tapi pasti. Ketika sudah ada keteladanan, masyarakat dengan sendirinya akan enjoy dengan program Sego Segawe.

KESIMPULAN
Dengan adanya komunitas sepeda onthel ini merupakan kontunuitas sejarah yang bisa tetap eksis agar masyarakat dan pemerintah khususnya di yogyakarta yang terkenal dengan kota kerajaan, pelajar dan kota tua sepeda menjadi suatu nilai budaya yang perlu dikembangkan. Nilai bagi komunitas ini sebagai mempromosikan barang antik disamping menjunjung tinggi nilai-nilai cagar budaya yogyakarta dijuluki juga sebagai kota wisata dengan keanekaragaman seni yang ada

Sumber : http://nidioj.blogspot.com/2011/08/keunikan-sepeda-onthel-di-era-global.html

0 komentar:

Posting Komentar